KOHATI SEBAGAI MADRASAH PERADABAN

KOHATI SEBAGAI MADRASAH PERADABAN*
Oleh Kasim Adam**


Latar belakang berdirinya KOHATI
Sebagaimana organisasi perempuan lainnya, kehadiran dari setiap organisasi tersebut karena tuntutan zaman dan juga sekaligus melanjutkan apa-apa yang telah diperjuangkan oleh organisasi yang sejenisnya di masa masa sebelumnya. Membicarakan KOHATI dalam hal ini sebagai salah satu wadah untuk melanjutkan gerakan keperempuanan, tentu tidak bisa melepaskan dengan gerakan perempuan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dalam sejarah pra kemerdekaan Indonesia serta awal kemerdekaan Indonesia seperti Laksamana Malahayati, Nyi Ageng Serang, Cut Nyak Dien, Nyi Ageng Serang dan lainnya. Juga dalam sejarah peradaban manusia, kita mendapatkan banyak informasi dari berbagai referensi tentang peranan perempuan dalam sejarah peradaban Islam seperti Sayyidah Hajar, Sayyidah Asiyah, Sayyidah Maryam, Sayyidah Khadijah, Sayyidah Fatimah Az Zahra, Sayyidah Zainab Al Kubro serta sederet nama lainnya yang telah menorehkan nama dan sepak terjang sebagai pelopor gerakan perempuan dalam sejarah peradaban manusia.

Gerakan perempuan secara organisasi di Indonesia kita mendapatkan pengetahuan tentang KOWANI sebagai wadah pemersatu beberapa organisasi perempuan di Indonesia dengan tujuan yang mulia yaitu Persatuan, Kebangsaan dan Kemerdekaan. Poros dari gerakan perjuangan perempuan baik secara individu dan kelompok umumnya membawa misi untuk berjuang bersama kaum laki-laki untuk memperjuangkan kemerdekaan dari para penjajah, mengisi kemerdekaan serta bergerak bersama sama-sama untuk menuju kemerdekaan itu sendiri dan meningkatkan harkat dan derajat perempuan dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan.

KOHATI, Co Pilot HMI
Berdasarkan kesadaran akan fakta-fakta gerakan perempuan dalam sejarah baik Islam maupun Indonesia, serta semakin meningkatnya jumlah mahasiswi yang bergabung menjadi anggota HMI, dan tuntutan aktulisasi potensi kader HMI-Wati serta pergolakan yang terjadi Indonesia pada masa transisi dari orde lama ke orde baru, maka inisiatif untuk mendirikan salah satu lembaga khusus untuk kader HMI- Wati yang bisa dijadikan wadah untuk menjalin komunikasi, koordinasi dan konsultasi dengan organisasi perempuan lainnya di Indonesia dilakukan oleh cabang Jakarta yang kemudian ditanggapi secara positif oleh Pengurus Besar (PB HMI) untuk mendirikan lembaga tersebut.

Organisasi itu kemudian oleh Ahmad Dahlan Rahuwiharjo (Ketum PB HMI 1964-1966) menamainya dengan Corp HMI Wati (COHATI), penanaman yang terinprisasi dari beberapa organisasi perempuan yang dimiliki oleh tentara pada saat itu juga dimaknai keberadaan COHATI itu ada sebagaimana keberadaan  COPILOT yang selalu berada disamping PILOT dalam menerbangkan pesawat agar pesawat itu bisa sampai tujuan dengan selamat.

Pemaknaaan yang cukup sederhana namun juga sarat akan makna yang menurut penulis, hal diatas seharusnya menjadi pegangan bagi KOHATI dan HMI dalam menjalankan program kerjanya. Dalam artian setiap program kerja yang direncanakan dan dijalankan oleh KOHATI sebagai bagian dari proses untuk pencapaian tujuan KOHATI itu sendiri yang awalnya adalah meningkatkan status dan peranan Corp guna mencapai tujuan HMI pada umumnya dan tujuan perempuan pada khususnya yang kemudian dalam perjalanannya berubah menjadi  TERBINANYA MUSLIMAH YANG BERKUALITAS INSAN CITA adalah bagian dari pencapaian tujuan HMI itu sendiri.

Sehingga antara antara KOHATI dan HMI perlu bahu membahu, saling ingat - mengingatkan dan saling membantu untuk menopang dan mendukung dalam melaksanakan setiap program kerja yang telah direncanakan. Kerja sama yang erat dan komunikasi yang lancar antara keduanya juga bisa menjadi seperti YIN YANG dalam falsafah China atau Maskulin dan Feminin dalam terminologi falsafah Islam juga bisa sebagaimana kepanjangan dari HMI itu sendiri yang pada 1947 adalah Himpunan Mahasiswa Islam, atau pada 1948 oleh Jenderal Soedirman diartikan sebagai Harapan Masyarakat Indonesia juga hari ini yang kelak dijadikan bahan candaan bahwa kepanjangan HMI sebagaimana yang disebutkan diatas juga adalah Himpunan Mencari Imam dan Himpunan Mencari Istri.

KOHATI sebagai Madrasah Peradaban
Sebagaimana dalam teori tentang perkembangan manusia bahwa untuk melahirkan suatu generasi yang baru secara niscaya membutuhkan pertemuan antara seorang laki-laki (sel sperma) dan seorang perempuan (sel telur)
mereka, kecocokan antara keduanya maka menghasilkan individu yang baru. Maka dalam momentum ulang tahun KOHATI kali ini, dipandang perlu antara KOHATI dan HMI untuk bertemu dan duduk bersama melakukan kajian evaluasi dan proyeksi terhadap berbagai persoalan yang sedang di hadapi oleh bangsa Indonesia dan umat Islam dengan harapan pertemuan-pertemuan itu bisa melahirkan gagasan yang berisi, segar, konstruktif dan aplikatif sehingga bisa dilaksanakan baik ditingkat Pengurus Besar, BADKO, Cabang, Korkom Komisariat bahkan ditingkat Rayon.

Keberadaan KOHATI dalam HMI adalah sama pentingnya dengan keberadaan HMI itu sendiri, perbedaannya terletak pada objek pembinaan, proses pembinaan yang dilakukan secara sadar sistematis dan terarah seperti LKK dan pelatihan lainnya oleh KOHATI adalah hanya untuk kader HMI-Wati hal ini bukan untuk membuat garis pemisah antara laki-laki dan perempuan dalam organisasi HMI tapi dikarenakan adanya beberapa materi yang memang secara khusus hanya didapatkan oleh kader HMI-Wati sebagai bagian dari upaya mereka untuk mempersiapkan dan mematangkan diri dalam menempatkan posisi dan perannya dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai seorang anak yang baik (sholehah), sebagai seorang istri (muslimah terdidik bagi suaminya, kawan terdekat teman bertukar pikiran bagi suaminya, sahabat meminta nasihat berunding dan tempat memperoleh perlindungan yang hangat serta pelabuhan yang teduh bagi suaminya) dan juga seorang ibu (madrasah pertama dan tempat bertanya  bagi anak-anaknya).

Perkembangan dan propaganda zaman yang dimotori oleh Barat pada umumnya dan Eropa pada khususnya lewat berbagai tulisan, iklan pada setiap media cetak maupun elektronik serta media sosial hari ini menawarkan kepada kaum perempuan untuk selalu keluar dari rumahnya padahal perempuan dan rumah dalam pandangan Islam sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Ali Syariati hubungan perempuan dan rumah adalah sebagai rumah cinta air mata dan kebahagiaan. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk membendung arus perkembangan zaman tersebut dan agar tetap dalam garis perjuangan pencapaian tujuan KOHATI pada khususnya dan HMI pada umumnya, dalam proses pembinaan dan perkaderan HMI perlu memperhatikan sumber bacaan dan referensi dalam artian tetap menjadikan Islam sebagai sumber rujukan, sumber nilai dan tujuan sebagaimana ditegaskan dalam asasnya.

Kita perlu menggali kembali kekayaan pengetahuan yang telah diwariskan oleh para tokoh atau pemikir Islam dahulu hal itu sebagai bagian dari upaya menjaga keberlangsungan gerak sejarah peradaban Islam serta perkembangan dan keberlanjutan KOHATI adalah kesuksesan HMI itu sendiri dan pada dasarnya KOHATI perlu mendapatkan binaan dan ayoman dari HMI serta penerimaan keberadaan KOHATI dalam HMI disetiap jenjang struktur HMI baik ditingkat PB sampai pengurus Rayon adalah suatu keniscayaan tanpa dengan kalapangan dan keterbukaan sikap yang demikian maka upaya untuk menjadikan HMI dan khususnya KOHATI sebagai rahim peradaban hanyalah sebuah cita - cita yang utopis.

Dan sebaliknya jika hal hal itu dapat kita wujudkan dalam setiap program kerja dan kegiatan HMI dan setiap anggota HMI-Wati menjadikan KOHATI sebagai wadah khusus untuk pembinaan HMI-Wati maka akan KOHATI akan melahirkan orang-orang pilihan dan memilih mereka sebagai pasangan hidup adalah sebaik-baiknya pilihan karena pada diri mereka madrasah peradaban dapat diwujudkan.

** Ketua BPL HMI KORWIL JATIM (085335302656)
* Persembahan untuk peringatan MILAD KOHATI ke 52

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer